Lahir dan Melihat Dunia
Hi again stars, setelah lama hiatus menulis blog akhirnya bisa mengumpulkan motivasi untuk sharing lagi. I'm so grateful to have this chance. I'm planning to write a set of series about "My Journey", yakni pelajaran hidup seorang Pingkan yang dapat dibagikan. I hope my life would be an inspiration, or a lesson learned. Karena this past months aku belajar, apalah gunanya manusia bila tidak memberikan nilai untuk manusia lainnya ? So, I will start the story as long as I remember, mulai dari perjalanan masa kecil, beranjak remaja, kuliah, hingga bekerja dan membina rumah tangga. Wow ! I'm excited. So, without further due, let's Start !
PART 1 : BORN as A TWIN SISTERS
Hari Minggu siang di tahun 1993, tepatnya di kota bunga bernama Tomohon, Sulawesi Utara 2 orang anak kembar lahir. Semua orang yang datang ingin memberi nama kepada 2 kembar yang lucu ini. Namun dari sekian banyak keluarga yang memberi nama, akhirnya Mama dan Papa memilih sepasang nama untuk kami. Yang pertama lahir (operasi caesar) diberi nama Pingkan Langi, dan yang lahir 3 menit kemudian diberi nama Lingkan Langi. Lovely names, that holds amazing hopes for the family. Pingkan sendiri diambil dari sebuah kisah di Sulawesi Utara (Pingkan & Matindas) Pingkan adalah seorang perempuan yang cantik, setia, bijaksana dan pemberani. It's a great story, you can google it :). Lingkan juga diambil dari cerita rakyat Sulawesi Utara yaitu Lingkanbene, Dewi Padi, yang memberikan berkat panen berlimpah bagi rakyat Minahasa.
Papa dan mama adalah pendeta, berasal dari keluarga sederhana. Oma dan Opa dari papa tinggal di Tomohon, sedangkan Oma dan Opa dari mama tinggal di Pontak. Opa Tomohon adalah seorang Pendeta, dan pendiri Fakultas Teologi UKIT (Universitas Kristen Indonesia Tomohon), Dekan pertama, dan beberapa kali menjabat kembali. Ia tegas, berwibawa, tapi tetap peduli kepada cucu-cucunya. Oma Tomohon adalah seorang guru, asli Sunda, yang setelah menikah ikut Opa ke Tomohon. Oma sempat menjadi Kepala Sekolah SMA Kristen 1 Tomohon, dan juga dosen Bahasa Inggris di UKIT. Opa Pontak adalah seorang pengusaha. Ia melakukan berbagai usaha, mulai dari kebun, pengukur tanah, fotografer (pas foto), hingga kontraktor. Oma Pontak adalah seorang guru, yang kemudian menjadi kepala sekolah. Dengan keterampilan makeupnya, Oma Pontak pernah membuka salon hehe.
So, basically kami lahir dari keluarga pendeta, guru dan pengusaha. Mama dan papa sangat sederhana. Kami bukan keluarga yang sanggup membeli pampers atau susu formula, sehingga kami terbiasa dengan kain, dan ASI. 2 orang anak kembar ini, tidak mau lepas ASI sampai 2 tahun 7 bulan. Hahaha. Mama pernah cerita bahwa mama sudah coba berkali2 agar kami tidak ingin minum ASI lagi, misalnya dengan mengoleskan kopi , atau akar pahit. But, kami sudah pintar, sudah bisa jalan dan berbicara; so we said " Ma, ada kopi.. lap dulu" hahaha. Atau "ma, pahit, cuci dulu". It is a funny story, but I think mama and papa really give us their love, in whatever they can afford.
Kami tidak punya rumah, sehingga dari kecil tinggal bersama Oma dan Opa Tomohon. I remember going to kindergarten, berempat bersama papa , mama dan Lingkan setiap hari menaiki vespa. Sempit, but we enjoy it. Haha. Papa membuat penahan angin berbentuk love di vespa, agar tidak masuk angin. Well, my father is actually the real engineer :). Sejak kecil, papa mengajarkan kami berhitung menggunakan lidi. Mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, hingga pecahan. Mama membelikan poster alfabet dan mengajari kami menyanyikan lagunya sambil belajar huruf, dalam bahasa indonesia dan inggris. Mungkin karena itulah, kami merasa pelajaran di TK sangat mudah. Kami sudah pintar menulis dan membaca karena diajari bahkan sebelum sekolah. Papa mengajari kami bahasa inggris sederhana seperti "blue car" bukan biru mobil, tapi mobil biru; karena dalam bahasa inggris kata sifat diletakkan sebelum kata benda. As simple as that, tapi pelajaran di rumah itu membekas dan tetap kuingat sampai sekarang. Papa mengajarkan kami membakar kertas menggunakan lup (kaca pembesar) dengan memusatkan sinar matahari ke kertas. Wow ! I think he makes me loves Fisika & Matematika. Mama membeli buku bahasa Inggris untuk dipelajarinya dan mengajari kami. Mama juga mengajari cara menganyam (knitting) woll untuk membuat taplak, topi, syal, dll. Ketika mama memusatkan niatnya, mama bisa mempelajari apapun. Suatu saat mama membeli buku pijat refleksi tangan dan kaki, akhirnya aku dan Lingkan mempelajari titik2nya untuk mengurut mama dan papa.
Dibalik keterbatasan dan kesederhanaan, kami sangat menikmati kebersamaan dan kehangatan. Baju-baju kami dibeli bekas di pasar, thrifting, atau kalau di Tomohon disebut "cabo - cakar bongkar". Ulangtahun tidak perlu dibelikan hadiah atau mainan, walaupun sering bertanya mengapa teman lain diberi hadiah oleh orangtuanya, namun kami puas dengan hadiah "pelukan dan ciuman" dari mama dan papa. Kami diajari sejak kecil untuk pintar mengelola uang. Sekalipun ada barang yang kami suka, bukan berarti kami butuh. Seringkali ketika ke toko, kami hanya menunjuk barang dan mengatakan "bagus ma,pa". Tapi tidak akan berharap dibelikan. Kami tahu bahwa kami bukan orang kaya, namun sederhana.
But don't worry , ini baru permulaan. There are much more story I want to tell you. Masa kecil di Jakarta, Jogja, Tomohon, remaja, titik balik, lomba hingga perjuangan masuk UGM dan Telkom. And of course, perjuangan membina rumah tangga bersama sang pangeran. Thanks for reading, have a blast week ahead !
GBU.
Komentar
Posting Komentar