Cerita Akhir Semester 5
Akhir semester 5 ini menjadi suatu cerita yang luar biasa
buatku. 2 UAS tidak kuikuti, bukan karena malas, bukan karena sakit, tetapi
karena salah informasi tentang jadwal. Ini kali pertama buatku. Ketika itu
jadwal ujian yang tercantum di ujian menjadwalkan 2 ujian ini pada sebuah hari
libur yang saat itu jatuh di hari Selasa yang juga hari terakhir ujianku.
Menurut kabar yang kudengar dari teman-teman dan dosen, jadwalnya akan dipindah
ke minggu depannya dengan hari yang sama (Selasa). Singkat cerita aku fokus
mempelajari ujian ini dan saat itu juga terlibat pelayanan paduan suara gereja
dan memang sama sekali tidak ke kampus atau mengecek jadwal lagi di internet.
Ternyata ujian yang sebenarnya bukanlah diadakan di hari Selasa melainkan hari
Senin, bersamaan dengan hari pelayanan paduan suara yang kuikuti.
Tibalah hari Senin, aku belum mendapat kabar apapun dan
belum tahu hari bahwa hari itu adalah hari ujian. Bahkan di sela-sela pelayanan
saat dibelakang panggung aku masih menyempatkan diri untuk membaca catatan untuk ujian besoknya.
Selesai acara, tiba di kos lalu muncullah notifikasi pesan dari teman-teman
yang bertanya mengapa aku tidak ikut ujian. Sontak, aku kaget, sedih, tetapi
entah kenapa hatiku kuat, tak ada kekhawatiran apa-apa. Aku memang menangis
saat itu, sedih, merasa lemah, sebenarnya apa yang sudah kulakukan sepanjang
minggu ini hingga informasi penting ini tidak kudapatkan? kecewa kepada diriku
sendiri, yang kuliah di Teknologi Informasi tetapi yang kekurangan informasi.
Kecewa pada diriku sendiri yang mengecewakan orangtua... Lalu aku berdoa,
berserah pada Tuhan, aku sadar dengan kemampuanku sendiri tak ada yang dapat
kulakukan. Tetapi TUHANku, Yesus Kristus yang empunya segala sesuatu pasti
punya rencana yang indah buatku. Bertanya pada Tuhan, apa yang harus aku
lakukan? Tetapi jujur, disaat itu aku sama sekali tidak merasa jatuh, aku masih
punya Yesus yang adalah harapanku.
Aku mengabari papa, lalu mencari kontak kedua dosen tadi.
Lalu segera cuci muka dan berangkat ke kampus untuk bertemu dosen, meminta
ujian susulan. Dosen pertama tidak ada di tempat, tetapi karena sudah mendapat
kontaknya saya meng-sms beliau setelah sebelumnya melakakukan 3 kali panggilan
yang belum dijawab. Dosen kedua ada di tempat, dan beberapa mahasiswa memang
sedang mengantri untuk bertemu beliau. Aku ikut mengantri dengan pengharapan.
Kuakui beliau adalah seorang dosen yang tegas, yang saat itu juga berada di
posisi penting dalam prodi kami, sehingga beliau tahu persis aturan mainnya.
Giliranku tiba, masuk ruangan dan memulai pembicaraan. Ternyata memang sama
sekali tidak bisa diadakan ujian susulan untukku. Hanya 3 alasan yang diijinkan
untuk diadakannya ujian susulan yaitu sakit diopname, keluarga dekat meninggal
dunia, atau sedang mengemban tugas khusus dari Universitas. Yang selalu kuingat
dari perbincangan kali itu, beliau mengatakan “Ya sudah, anggap saja musibah”.
Saat itu yang terpikir adalah semua usahaku mempelajari pelajaran kuliah ini,
selalu berusaha mengerjakan tugas, tidak pernah absen dari kelas, dan semua
yang sudah saya persiapkan untuk ujian ini.. Sedih terkena musibah. Belum
selesai musibah yang kurasakan di kampung halamanku, *saat itu Manado dihantam
banjir bandang dahsyat* ternyata ada musibah lain yang harus kuhadapi. Saat
itulah titik aku tak dapat menahan air mataku. Hanya saja aku tetap percaya,
semua indah saat bersama TUHAN.
Setelah itu, dosen pertama yang tadi sudah saya hubungi
membalas pesanku dengan sangat ramah. Aku merasa TUHAN menghiburku, dan memakai
dosen pertama ini membawa berkat tersendiri. Beliau mengijinkan aku mengurus
ujian susulan di bagian akademik. Esok paginya aku berangkat ke kampus ke bagian
akademik, tetapi hasil akhirnya sama.. tidak diijinkan dengan alasan salah
jadwal. Saya mengabari dosen dan beliau mengatakan bahwa akan diusahakan dengan
nilai UTS dan tugas-tugas saja, doakan agar tetap mendapat nilai yang baik.
Senangnya hatiku saat itu :D Beliau juga mengatakan bahwa beliau tidak lupa
akan janjinya, yaitu apabila proposal PKM kelompok kami lolos maka otomatis
nilai A, meskipun tidak ikut ujian akhir semester.
Di hari yang sama ketika di bagian akademik, aku bertanya
pada mereka bagaimana dengan nilai saya... akankah keluar atau tidak. Anehnya,
mereka mengatakan pasti keluar tergantung dosen yang memberi nilai, entah itu E
atau D. Padahal sebelumnya ketika bertemu dosen kedua di hari sebelumnya,
beliau mengatakan bahwa nilai tidak akan keluar dan tidak akan mempengaruhi IP,
seakan aku tidak mengambil mata kuliah tersebut. Aku serahkan semuanya pada
Tuhan. Dia sedang bekerja, melalui cara yang ajaib. Aku yakin, tak akan
dibiarkan anakNya.
Puji Tuhan, proposal kami lolos ke DIKTI dan aku langsung
mengabari pak dosen tadi. Sukacitaaaa sekali rasanya. Ada tangan kuat yang
menopangku. Ada janjinya yang selalu menjadi pengharapan. Dan tentang nilai
yang satu, aku mendapat nilai C. Sebuah nilai indah yang sangat kusyukuri.
Dimana aku tak perlu lagi mengulang mata kuliah ini, dan tetap dinyatakan
lulus. Wooooow luar biasa :D Puji Tuhan lagi, IPku semester ini masih bertahan
di cumlaude. Yang semua ini bukan karena aku, tetapi hanya karena Dia, Tuhan
Allahku. Ketika aku lemah, maka aku kuat karena Dia menopangku. Percayalah,
semua indah saat Tuhan campur tangan. Berserahlah, dan Dia takkan tinggal diam.
Amin
2 Korintus 12:10
“Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat”
Komentar
Posting Komentar